Jual Fusarium sp.
087738104905
Gaharu adalah
salah satu komoditi pertanian yang kini sedang naik daun. Harganya yang sangat
tinggi dan pasar luar negeri yang cukup tinggi membuat para pebisnis mulai
melirik bisnis budidaya gaharu. Gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan
mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga
Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri
wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Di Indonesia, tanaman
gaharu dapat tumbuh dengan baik. Saat ini, pohon gaharu banyak dibudidayakan di
daerah Sumatera, Riau, Jawa, NTT, dan lain-lain.
Jenis-jenis
pohon gaharu menghasilkan resin gaharu apabila terinfeksi oleh kapang gaharu :
Aquilaria subintegra, asal Thailand; Aquilaria crassna asal Malaysia, Thailand,
dan Kamboja; Aquilaria malaccensis, asal Malaysia, Thailand, dan India;
Aquilaria apiculina, asal Filippina; Aquilaria baillonii, asal Thailand dan
Kamboja; Aquilaria baneonsis, asal Vietnam; Aquilaria beccarain, asal
Indonesia; Aquilaria brachyantha, asal Malaysia; Aquilaria cumingiana, asal
Indonesia dan Malaysia; Aquilaria filaria, asal China; Aquilaria grandiflora,
asal China; Aquilaria hilata, asal Indonesia dan Malaysia; Aquilaria khasiana,
asal India; Aquilaria microcarpa, asal Indonesia Malaysia; Aquilaria rostrata,
asal Malaysia; Aquilaria sinensis, asal Cina.
Gaharu
dihasilkan oleh tanaman sebagai respon dari mikroba yang masuk ke dalam
jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami
karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara
sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.Masuknya mikroba ke dalam jaringan
tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan
suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit
atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat
dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah
meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman
dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan
bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah
menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning
dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang
dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena
mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk
kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan
memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu
memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah
yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum
adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani,
Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium
sp.
Gaharu banyak
diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari
tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia
perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai
jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain
ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan
oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan
resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas
besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam
atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang
memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan
kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik
berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat kasar, dan kayu lunak. Kelas
terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau
sisa penghancuran kayu gaharu.
Sebelum
dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk
mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian
kayu gaharu dapat dijual ke ahli penyulingan minyak yang biasanya menggunakan
teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut.
Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam
dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air
hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik
yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik distilasi uap
menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap.
Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat terbuka dan minyak dan senyawa
aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik
tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi
kembali menjadi cairan.Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan
dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah.
Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan superkritikal CO2,
yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2
cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak
gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu yang tersisa, CO2
dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal.
0 komentar:
Posting Komentar