Senin, 29 September 2014





Pusat Pelatihan Nata
Telp. 087738104905






Nata de Banana merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Banana adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
Kadungan kalori yang rendah pada Nata de Banana merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Banana sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de banana menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
Nata de Banana dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan  pengolahan pisang berupa kulit pisang merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah pisang.  kulit pisang cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Banana. Dalam kulit pisang terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Banana. Nutrisi yang terkandung dalam kulit pisang antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Adanya gula sukrosa dalam kulit pisang akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Banana. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Untuk memanfaatkan kulit pisang menjadi bernilai guna, maka dibutuhkan keahlian dan strategi untuk mensosialisasikan produk yang akan dihasilkan agar diterima di masyarakat.
 Hal itulah yang mendorong munculnya minuman nata berbahan dasar kulit pisang saat ini. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.





Microbio-Lab
Jual Aneka Isolat Untuk Riset dan Industri
Telp : 089630561325










Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar air 98 %
Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan

Nata de pina
kalori rendah dan untuk keperluan diet Bahan baku yang sudah umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah air kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco. Nata juga dapat dibuat dengan bahan-bahan media lainnya yang cukup mengandung gula. Gula yang terkandung dalam bahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh A. Xylinum untuk membentuk nata.
Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tersebut antara lain adalah kedelai (nata de soya), tomat (nata de tomato) dan nanas (nata de pina) . Pada prinsipnya medium nata adalah cairan yang mengandung gula, oleh karena itu limbah buah-buahan , termasuk limbah nenas juga bisa digunakan sebagai medium nata depina. Selain buahnya, limbah nanas juga dapat dipakai sebagai bahan baku nata de pina
Resep Pembuatan Nata De Pina
a. Bahan
  • Gula pasir
  • Asam cuka
  • Cairan bibit atau kultur murni nata (dapat diperoleh dari kultur ampas nanas)
  • Sebagai alternatif bisa ditambahkan Amonium Phospat, (sumber nitrogen).
b. Alat
  • Pisau
  • Telenan
  • Panci
  • Blender/pemarut
  • Kompor
  • Kain saring
  • Pengaduk
  • Nampan
c. Cara Pembuatan nata de pina :
  • Bahan yang digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit, empulur dan mata nanas serta buah nanas masak optimum. Buah nanas dikupas dan dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
  • Bahan dihancurkan dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring
  • Hasil saringan ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa ditambahkan Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
  • Setelah mendidih biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per liter atau sampai pH 4,5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang sudah distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau dioven dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan.
  • Setelah dingin atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau botol sebanyak 20 % dan ditutup kembali.
  • Biarkan selama 7 – 10 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
  • Potongan pelikel (nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.

Sabtu, 06 September 2014



 
Pusat Pelatihan Nata
087738104905
Jual Bakteri Acetobacter xylinum, Acetobacter aceti, Lactobacillus sp., Bacillus sp. Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, Saccharomyces sp.
Enzym alfa amylase, gluco amylase, beta amylase, Asam asetat.



Acetobacter xylinum adalah bakteri yang mampu memfermentasi bahan menghasilkan nata (bahan selulosa berupa jeli). Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, mempunyai panjang kurang lebih 2 mikron dan permukaan dindingnya berlendir. Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang sama, dan mempolimerisasi glukosa sehingga terbentuk selulosa. Bakteri ini biasa digunakan untuk membuat nata de coco/nata de soya/nata de cassava. Bakteri ini merupakan bakteri yang menguntungkan dan tidak berbahaya. 
Acetobacter xylinum memiliki ciri-ciri antara lain merupakan gram negatif pada kultur yang masih muda, sedangkan pada kultur yang sudah tua merupakan gram positif, bersifat obligat aerobic artinya membutuhkan oksigen untuk bernafas, membentuk batang dalam medium asam, sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S, tidak mereduksi nitrat dan termal death point pada suhu 65-70°C.
Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel secara teratur, mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih dahulu jika dipindahkan ke dalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa. Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolit yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian, sel dengan cepat mengalami kematian tidak baik untuk dijadikan strain nata.
Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kandungan nutrisi meliputi jumlah karbon dan nitrogen, tingkat keasaman media, pH, temperatur, dan udara (oksigen). Suhu optimal pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada 28–31˚C, pH optimal 3-4, memerlukan oksigen sehingga dalam fermentasi tidak ditutup dengan bahan kedap udara sehingga tidak memungkinkan udara masuk sama sekali, tutup untuk mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.
Bibit Acetobacter xilynum berasal dari kultur murni yang sudah ada dapat dikembangbiakan dengan menggunakan media air kelapa atau substrat nanas. Bibit Acetobacter xilynum  yang dikembangkan dipilih dari bibit yang memiliki kualitas baik tidak terkontaminasi mikroorganisme lain, umur 4-10 hari.



















Buku Panduan Berwira Usaha Nata De Coco
 Telp : 087738104905


 
 
 Pusat Pelatihan Nata
Telp : 087738104905



Industri tahu dan tempe adalah industri yang sudah sejak dahulu kala dikenal di Indonesia. Industri yang umumnya dalam skala rumah tangga ini seringkali dipandang remeh sebagai bisnis kelas bawah yang tak menjanjikan. Namun siapa sangka, telah banyak para pengusaha bisnis tahu dan tempe memiliki penghasilan di atas layak, mampu menyejahterakan keluarga dan memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain. Industri tahu dan tempe mampu menghasilkan laba yang cukup menggiurkan yaitu di atas 40% dari biaya operasionalnya.

Produk tahu dan tempe memiliki pangsa pasar yang sangat luas karena sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai produk berbahan baku kedelai ini. Selain cita rasanya yang nikmat, gizinya tinggi, juga harganya terjangkau. Tingginya harga daging sebagai sumber protein, menyebabkan tahu dan tempe menjadi alternatif pilihan bagi konsumen sebagai pemenuh gizi yang terjangkau. Menu tahu dan tempe sudah sangat familier sebagai kuliner yang banyak kita jumpai di warung kelas warteg hingga restoran papan atas.

Dari limbah cair yang dihasilkan industri tahu dan tempe, dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis yaitu nata de soya. Limbah cair yang memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi tersebut umumnya masih dibuang begitu saja dan mencemari lingkungan. Produk nata merupakan produk pangan berupa jely, kenyal, berwarna putih yang banyak digunakan sebagai bahan campuran minuman kemasan siap saji. Saat ini, produk minuman kemasan berbahan baku nata banyak didominasi oleh nata de coco-nata berbahan baku
air
kelapa. Tingginya permintaan nata de coco oleh pabrik minuman kemasan belum terpenuhi oleh pasokan yang ada, sehingga menjadi peluang bagi produk nata de soya yang memiliki tekstur cukup bagus untuk menyubstitusi produk nata de coco.  Di Indonesia, nata de coco sudah sangat populer dan banyak digemari baik kalangan anak-anak maupun orang dewasa karena memiliki cita rasa nikmat dan kandungan seratnya tinggi. Oleh karena itu pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe menjadi produk nata de soya merupakan solusi mengatasi pencemaran lingkungan akibat limbah industri pangan dan menjadi peluang alternatif bisnis yang prospektif

 Proses produksi yang mudah dan sederhana, bahan baku dan tenaga kerja yang mudah didapat, investasi rendah, menjadikan industri tahu-tempe dan nata de soya menjadi pilihan yang tepat untuk berwirausaha. Kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?. Selamat menjadi pengusaha dan sukses!!!






Pusat Pelatihan Nata
087738104905
Jual Bakteri Acetobacter xylinum
Jual Aneka Mikrobia Untuk Industri
Jual Enzim Alfa, Beta, Gluco Amylase
Menerima Jasa Pengujian Bahan


Berwirausaha adalah impian banyak orang. Dengan berwirausaha, kita dapat menentukan penghasilan sendiri sesuai dengan kerja keras kita, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, dan menjadi kebanggaan tersendiri sebagai seorang wirausahawan. Namun, tidak banyak orang yang mampu mewujudkan impiannya itu menjadi kenyataaan. Memang, bukan hal mudah untuk menjadi seorang wirausahawan, perlu kerja keras, kesungguhan, keyakinan, ketekunan, keuletan, dan tawakal.
Tidak cukup hanya bermodal nekad saja dalam berwirausaha, atau ikut-ikutan orang lain, tapi butuh pemikiran dan analisis yang matang untuk menentukan sebuah usaha. Banyak orang gagal berwirausaha karena kurang matang menganalisis sebuah bisnis sehingga ketika di tengah perjalanan menghadapi tantangan dan kendala menjadi kecil hati dan patah semangat. Tentu butuh pertimbangan yang masak sebelum memilih sebuah bidang usaha, diantaranya meliputi aspek minat dan bakat, prospek bisnis ke depannya, dan aspek kelayakan usahanya.
Buku ini menyajikan sebuah alternatif bisnis “Berwirausaha Nata De Cassava Dan Keripik Kulit Singkong” yang mengupas tuntas bisnis nata de cassava dari aspek pasar, teknis, ekonomis dan bagaimana mengolah limbah kulit singkong menjadi produk bernilai ekonomis. Nata de cassava adalah produk nata berbahan baku umbi singkong atau limbah cair industri pengolahan singkong. Nata umumnya diolah sebagai produk minuman kemasan siap saji yang banyak digemari dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan diantaranya sebagai bahan elektronik. Oleh karena itu, produk nata memiliki pangsa pasar yang besar baik domestik maupun luar negeri. Saat ini, konsumen akhir dan industri minuman kemasan sudah sangat familier dengan nata de coco yaitu nata berbahan baku air kelapa atau santan kelapa. Nata de cassava memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan nata de coco sehingga namanya pun semakin populer, oleh karena itu nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk nata de coco.
Selain memiliki kualitas produk yang mampu menyaingi nata de coco, industri nata de cassava juga memiliki keunggulan antara lain yaitu bahan baku yang cukup melimpah, tidak memerlukan bahan tambahan gula pasir sebagaimana pada industri nata de coco, teknik produksi mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga investasi terjangkau, menghasilkan limbah kulit singkong yang dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti keripik kulit singkong, pupuk organik, atau pakan ternak, dan limbah ampas hasil proses pemerasan larutan singkong dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Pada buku ini, disajikan bagaimana berwirausaha nata de cassava produk setengah jadi dalam bentuk potongan yang disuplai ke industri minuman kemasan. Kebutuhan bahan baku nata oleh industri minuman kemasan sangat tinggi, sehingga ini menjadi peluang potensial bagi industri skala rumahan untuk menjadi mitra bagi perusahaan besar minuman kemasan. Berdasarkan studi kelayakan ekonomis industri nata de cassava memiliki B/C = 2,43 artinya B/C > 1 dapat disimpulkan bahwa industri nata de cassava feasible atau layak dijalankan sebagai alternatif bisnis yang menantang. Semoga Anda-lah yang terpilih sebagai seorang calon pengusaha. Selamat mencoba
 
 
 
 
 
Pusat Pelatihan Nata
087738104905
Jual Acetobacter xylinum
Jual Enzim alfa amylase - beta amylase, gluco amylase
A. Potensi Pasar Nata De Cassava
Nata de cassava adalah produk nata berbahan baku singkong atau ubi kayu. Nata merupakan bahan pangan yang banyak digunakan sebagai campuran produk minuman kemasan siap saji yang banyak dijumpai di warung, toko, hingga supermarket. Di Indonesia, produk minuman kemasan berbahan baku nata banyak digemari dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Umumnya masyarakat lebih mengenal nata de coco yaitu nata berbahan baku air kelapa atau sering disebut dengan sari kelapa. Nata de cassava memiliki karateristik tidak jauh berbeda dengan nata de coco yaitu warnanya putih, kenyal, dan kandungan seratnya tinggi. Nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk nata de coco, karena memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan nata de coco. Saat ini, produk minuman kemasan nata de cassava sudah mulai populer.
Produk minuman kemasan berbahan baku nata memiliki pasar yang luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Produk minuman kemasan berbahan baku nata telah banyak dipasarkan oleh produsen besar maupun produsen skala home industri. Di pasaran telah banyak dijumpai aneka jenis produk minuman nata dari kemasan plastik sampai kemasan cup dengan berbagai macam aneka rasa dan harga. Permintaan yang cukup tinggi masih memberikan peluang bagi industri skala rumah tangga untuk memasuki bisnis industri minuman kemasan berbahan baku nata.
Selain digunakan sebagai campuran bahan minuman, produk nata juga telah banyak digunakan untuk campuran berbagai makanan kecil antara lain kue puding, cocktail, manisan, es campur, dan lain-lain. Di pasar domestik, permintaan produk nata biasanya meningkat tajam pada saat bulan Ramadhan, menjelang hari raya Lebaran, Tahun Baru, dan hari-hari besar lainnya. Di bulan puasa, di kota-kota seluruh Indonesia banyak para pedagang kolak, es buah, cocktail, menggunakan bahan nata sebagai campuran.
Produk nata telah banyak diekspor ke luar negeri dalam bentuk produk siap saji maupun dalam bentuk lembaran. Negara-negara tujuan ekspor antara lain Eropa, China, Jepang, Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Timur Tengah. Sedangkan, negara-negara produsen nata pesaing Indonesia antara lain adalah Malaysia, Filipina dan Vietnam. Filipina, merupakan pesaing utama produk nata di pasar ekspor. Filipina menjadi pengekspor terbesar nata de coco ke Negara Jepang. Negara Jepang merupakan pasar potensial, karena di Jepang selain dikonsumsi sebagai produk pangan, nata juga telah dimanfaatkan sebagai produk non-pangan. Para ilmuwan telah mampu mengolah nata menjadi produk non-pangan antara lain sebagai bahan elektronik. Pengolahan nata sebagai bahan dasar produk non-pangan memacu meningkatkan permintaan produk nata setengah jadi khususnya ke negara-negara maju yang telah menguasai teknologinya seperti Jepang.

B. Keunggulan Bisnis Nata De Cassava
Selain memiliki kualitas produk yang mampu menyaingi nata de coco, nata de cassava juga memiliki keunggulan lain yaitu tersedia bahan baku yang cukup melimpah dan terdapat di seluruh daerah di Indonesia. Bahan baku nata de cassava dapat menggunakan umbi singkong atau limbah hasil pengolahan industri berbahan baku singkong. Di Indonesia, produksi singkong cukup tinggi harganya pun relatif murah dari Rp.500 hingga Rp.1000 di tingkat petani. Di Indonesia juga terdapat cukup banyak industri-industri pengolahan singkong seperti industri tapioka, atau industri makanan berbahan baku singkong yang menghasilkan limbah cair yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan nata de cassava. Limbah tersebut pada umumnya tidak dimanfaatkan dan dibuang ke lingkungan sehingga dapat mencemari lingkungan. Pemanfaatan limbah cair pengolahan singkong merupakan upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis limbah dan mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Ketersediaan bahan baku yang melimpah tersebut merupakan keunggulan industri nata de cassava. Selain memiliki keunggulan ketersediaan bahan baku yang melimpah, proses fermentasi pada industri nata de cassava tidak memerlukan penambahan gula pasir.
Teknik produksi nata de cassava relatif sama dengan teknik produksi pada nata berbahan baku lain, perbedaanya pada nata berbahan baku singkong perlu dilakukan pengupasan, pencucian, pemarutan, pemerasan, dan sakarifikasi. Namun, secara umum teknik produksi nata de cassava mudah dan sederhana sehingga tidak memerlukan teknologi yang mahal dan investasi terjangkau untuk industri skala rumahan. Industri nata de cassava dengan menggunakan bahan baku umbi singkong akan menghasilkan limbah kulit singkong yang dapat digunakan untuk membuat keripik kulit singkong, pupuk organik, atau pakan ternak. Selain itu akan menghasilkan onggok atau ampas hasil proses perasan yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau yang lain yang bernilai ekonomis
 
 
 
Potensi Bisnis Nata De Doco dan Nata De Cassava
Telp : 087738104905
 
Nata de coco Dan Nata de cassava adalah salah satu usaha yang saat ini memiliki prospek cerah, karena permintaan pasar yang tinggi oleh industri minuman kemasan. Berbagai produk berbahan nata saat ini berkembang cukup pesat terutama minuman sirup nata, puding nata, cocktail nata, dan lain-lain. Di negara maju nata telah diolah menjadi bahan non pangan seperti bahan elektronik. Hal ini memacu meningkatnya permintaan produk nata yang saat ini banyak didominasi oleh nata berbahan baku
air
kelapa (nata de coco). Selain menggunakan air kelapa, nata juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku singkong (nata de cassava). Tingginya permintaan produk nata, telah membuka peluang bisnis bagi para produsen nata de coco atau nata de cassava.
Bagi yang tertarik untuk menggeluti bisnis nata de coco dan nata de cassava, kami membuka Pelatihan Bisnis Nata de coco dan Nata de cassava. 
Materi : Aspek Pasar, Perencanaan Produksi, Teknis Produksi, Analisis Kelayakan Ekonomi






Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum
Ragi Tempe, Ragi Kecap, dan aneka jenis mikrobia lainnya
Plastik Kemasan, dan alat kemasan 
Telp :087738104905 



Proses pembuatan tahu dan tempe menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padatan pada industri tahu berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan limbah padatan pada industri tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah cair tahu dan tempe masih jarang dimanfaatkan, umumnya dibuang ke sungai atau selokan. Limbah cair industri tahu dan tempe seringkali menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia lingkungan tersebut. Pembuangan limbah ke sungai mencemari lingkungan dan menyebabkan meningkatkan BOD (Biological Oxigen Demand) dan menimbulkan bau tidak sedap. Limbah cair industri tahu dan tempe tersebut masih mengandung nutrisi yang masih dapat diolah menjadi nata de soya. Pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe menjaid nata de soya merupakan salah satu solusi mengatasi pencemaran lingkungan dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Limbah cair produk olahan kedelai difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum sehingga dihasilkan produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang besar bagi pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya penanganan limbah. Pengolahan limbah cair tahu-tempe menjadi nata de soya merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu, pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Limbah cair industri tahu dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup tinggi, kandungan protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe tersebut dapat menjadi media hidup yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah cair tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu (whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan unsur kimiawinya.
Limbah cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan kandungan seratnya cukup tinggi.
Prospek Pasar Nata De Soya
Nata de soya memiliki tekstur yang cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco. Kadar seratnya yang cukup tinggi dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai bahan baku minuman instan sehingga nata de soya mampu bersaing dengan nata de coco. Sebagaimana kita ketahui bahwa pasar nata de coco sebagai produk pangan yaitu minuman kemasan dan aneka produk olahan lainnya sangat tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman kemasan sangat tinggi per hari mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa lembaran atau potongan. Kebutuhan produk nata yang sangat tinggi tersebut, menjadi peluang bisnis bagi para petani nata untuk bermitra dengan perusahaan besar yang ada di tanah air. Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, saat ini nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan yaitu bahan baku elektronik dan komposit baja ringan.
Melihat potensinya yang sangat besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengolah aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di pasaran sudah familier produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah cair olahan kedelai (nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan industri singkong (nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku baku yang berbeda tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang sedikit berbeda. Namun, secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar, meskipun saat ini produk nata de coco lebih familier dan permintaanya paling tinggi.
Proses Produksi Nata De Soya
Limbah cair industri tahu-tempe yang telah didiamkan kurang lebih 2-3 hari (agar pH turun 3-4 sehingga asam), disaring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan partikel kasar dapat dipisahkan, kemudian direbus dengan panci dengan tungku berbahan bakar kayu, setelah mendidih ditambahkan ZA 80 gram, gula pasir 100 gram, asam cuka 120 ml untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe, diaduk-aduk kurang lebih 10-15 menit kemudian dituangkan kedalam nampan yang sudah disiapkan dengan penutup koran yang telah diikat dengan karet ban. Susun nampan yang telah diisi media larutan tersebut pada rak. Nampan dapat disusun bertingkat 5-10 nampan dengan bersilangan. Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam, media larutan dalam nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylnum kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi akan berlangsung 8 – 10 hari. Lakukan pemanenan. Tampung nata de soya hasil panen dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan lama apabila selalu diganti dengan air.
Lebih Jelasnya Ada Di Buku “Mengolah Limbah Menjadi Rupiah: Industri Nata De Coco, Nata De Cassava, Nata De Soya” penerbit Andi Offset
Selamat Mencoba, dan berwirausaha….Anda Bisa!!!





Pelatihan Jarak Jauh Bisnis Nata De Coco + Modul +Konsultasi Jarak Jauh + Bibit Acetobacter xylinum.
Telp : 087738104905

Nata de coco adalah produk fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum menghasilkan bahan berupa jeli, bersifat  kenyal, berserat tinggi, berwarna putih, dan biasanya dijadikan sabagai campuran  produk minuman instan. Di Indonesia, produk nata de coco sangat populer dan digemari banyak kalangan baik anak-anak hingga orang dewasa. Permintaan produk minuman kemasan nata de coco sangat tinggi baik di pasar domestik maupun luar negeri. Produk nata de coco dapat dijumpai di toko-toko, warung-warung, hingga supermarket. Produk nata de coco cukup variatif baik cita rasa maupun kemasan, produsennya pun dari skala home industri hingga pabrikan skala besar. Permintaan pasar luar negeri yang sangat tinggi masih terbuka lebar. Saat ini perusahaan minuman kemasan nata de coco di Indonesia masih terkendala pasokan nata de coco mentahan. Para produsen minuman kemasan nata de coco biasanya menjalin kerjasama dengan para petani nata de coco yang menghasilkan nata mentahan dalam bentuk lembaran atau sudah dipotong-potong menjadi ukuran berbentuk dadu.
Tingginya permintaan nata de coco mentahan oleh pabrik minuman kemasan, menjadi peluang usaha tersendiri untuk memanfaatkan air kelapa yang masih terbuang-buang di sekitar kita. Air kelapa yang dibuang tersebut akan menjadi limbah yang baunya cukup menyengat. Dengan dimanfaatkannya limbah air kelapa menjadi nata de coco tersebut, maka telah mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri berbasis kelapa. Selain itu, penanganan limbah air kelapa menjadi nata de coco yang bernilai ekonomis tersebut juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

 Jual Bakteri Acetobacter xylinum
Telp : 087738104905


Minuman kemasan sirup nata de coca adalah salah satu produk siap saji yang banyak diminati oleh konsumen. Produk minuman sirup nata de coco banya dipasarkan di toko-toko, warung, supermarket. selain untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri, sirup nata de coco juga telah banyak di ekspor ke negara lain seperti Jepang, Arab, Eropa dan lain-lain. Saat ini, di pasaran domestik beredar berbagai macam jenis merk produk minuman sirup nata de coco baik produsen besar atau home industri dengan berbagai aneka rasa buah. produk sirup nata de coco memiliki pangsa yang cukup besar. permintaan biasanya pada musim panas, atau pada saat Hari Raya Lebaran. Sedangkan pada musim penghujan permintaan menurun.Untuk membuat minuman sirup nata de coco juga dapat dikerjakan dengan investasi yang rendah atau skala home industri. Harganya pun variatif tergantung cita rasa dan kreatifitas produk nya. Oleh karena itu, bisnis minuman sirup nata de coco masih sangat potensial untuk dijalankan baik oleh industri besar atau kecil. Teknik produksinya pun relatif mudah, alat yang dibutuhkan juga relatif sederhana.
Untuk menghasilkan produk minuman sirup nata de coco siap saji dan siap dipasarkan,  maka nata yang telah menjadi potongan-potong, diproses lebih lanjut dengan menambahkan bahan-bahan lain seperti gula, air, garam, dan food additives. Gula yang digunakan adalah sukrosa yang berasal dari tebu atau bit gula berfungsi sebagai pemanis, pengawet, penambah flavour dan memperbaiki tekstur. Gula memiliki efek menurunkan Aw (water activity) bahan makanan, sehingga mampu menghambat pertumbuhan mikrobia. Gula juga menyebabkan tekanan osmosa larutan sehingga dapat menyebabkan terjadinya plasmolisa dari sel-sel mikrobia. Dengan terjadinya plasmolisa, air keluar dari sel-sel mikroba, sehingga sel mikrobia akan mengering dan akhirnya akan mati. Untuk membuat nata dalam sirup, pilihlah gula pasir yang berkualitas baik, yaitu warna putih dan tidak tercemar kotoran. Gula yang kotor akan mengakibatkan nata berwarna kusam dan tidak transparan. Konsentrasi kemanisan gula perlu diperhatikan, tingkat kemanisan seberapa disukai konsumen.
Untuk meningkatkan daya simpan produk nata de coco kemasan, maka perlu ditambahkan bahan tambahan sebagai pengawet (Food additives). Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah Natrium benzoat (C6H5COONa) berbentuk bubuk putih atau granular. Penggunaan Na-benzoat sebanyak 0.05 - 0.1 % sudah cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri.
Penambahan cita rasa /essence pada minuman nata de coco adalah untuk membuat produk lebih menarik dan dapat memberikan cita rasa khas seperti cita rasa pangan aslinya. Essence yang sering digunakan dalam memberikan cita rasa sirup nata de coco antara lain rasa coco jambu, pandan, leci, jeruk dan lain-lain.  Penggunaan cita rasa tiruan tergantung keperluan. Formula untuk membuat sirup nata de coco dalam kemasan tergantung kualitas produk dan pangsa pasar.
Kemasan berfungsi untuk melindungi produk, memberikan nilai estetik dan daya tarik. Karena itu design kemasan memiliki pengaruh yang besar terhadap kesuksesan penjualan di pasar. Kemasan dapat dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer yaitu bila kemasan kontak langsung dengan bahan yang dikemas, sedangkan kemasan skunder yaitu kemasan yang fungsi utamanya  memberikan perlindungan terhadap kelompok unit kemasan, misalnya kotak karton sebagai kemasan luar. Kemasan primer biasa digunakan dalam pengemasan nata adalah cup plastik kapasitas 220 ml berbentuk gelas dengan berbagai model dan ketebalan. Kemasan cup plastik harus transparan bersih dari kotoran dan noda yang menempel, tidak cacat atau bocor.
Pengisian larutan sirup nata ke dalam kemasan harus dilakukan dengan segera setelah perebusan, minimal pada suhu 80˚C. Jika larutan dimasukan dalam kondisi suhu rendah akan memungkinkan produk mudah cepat rusak disebabkan terkontaminasi bakteri atau jamur yang berkembang pada produk kemasan minuman sirup nata. Pengisian larutan ke dalam kemasan cup dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan mesin. Cup diisi sesuai dengan berat yang telah ditentukan dapat dengan menggunakan alat penimbang. Ketepatan berat merupakan faktor ekonomis karena dapat mengurangi jumlah produk yang terbawa serta.
            Setelah larutan sirup nata dimasukan, maka proses penutupan cup plastik dengan lembaran plastik khusus harus segera dilakukan dengan menggunakan cup sealer. Plastik penutup dikatakan baik jika tidak berkerut, kencang, pinggiran tutup cup rapi dan diberi lidah, tutup cup rapat dan tidak bocor, tidak menggembung, dan tidak lengket karena gula. Produk cup sirup nata kemudian dikemas dengan menggunakan kertas karton



Siapa yang gak kenal minuman yang satu ini?. Minuman berbahan baku nata de coco ini sangat popular dan familier di Indonesia. Minuman kemasan nata de coco sangat digemari oleh masyarakat Indonesia baik kalangan anak-anak hingga orang dewasa karena cita rasanya yang nikmat, segar, dan berserat tinggi.Tidak hanya di Indonesia, nata de coco juga banyak digemari oleh masyarakat di berbagai belahan dunia seperti di AS, Jepang, Eropa, Timur Tengah, Australia, dan lain-lain. Produk minuman kemasan nata de coco memiliki prospek yang cerah sebagai produk ekspor unggulan karena memiliki pangsa pasar yang luas dan memiliki nilai jual yang tinggi. Pasar produk nata de coco baik domestik maupun luar negeri masih terbuka lebar.Saat ini, di pasaran terdapat berbagai jenis produk minuman nata de coco dengan cita rasa yang beraneka macam dengan kombinasi aneka jenis buah-buahan, serta dikemas dengan menggunakan jenis kemasan yang beragam. Produk nata de coco mudah kita jumpai di warung-warung, toko-toko, hingga supermarket dari produk skala home industri hingga pabrikan.
Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan besar produsen minuman kemasan nata de coco antara lain yaitu: PT Garuda Food, Wong Coco, Inaco, Cocona, dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan nata de coco mentahan dalam bentuk lembaran atau potongan dalam jumlah yang besar, maka perusahaan-perusahaan tersebut bermitra dengan para pengrajin nata de coco yang banyak tersebar di daerah Jawa dan Sumatera. Para pengrajin nata menghasilkan nata de coco dalam bentuk lembaran yang masih mentah yang selanjutnya di setor kepada para pengepul, kemudian para pengepul menyetor ke pabrik minuman kemasan siap saji.Nata de coco merupakan salah satu peluang usaha yang sangat menjajikan yang dapat dikerjakan dalam skala home industri maupun skala besar yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan devisa bagi negara.
Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Air kelapa tersebut difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum sehingga dihasilkan bahan berupa jeli, bersifat kenyal, berserat tinggi, berwarna putih. Bahan berupa jeli tersebut yang digunakan sebagai bahan pembuatan minuman sirup nata de coco. Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang tidak berbahaya, dalam proses hidupnya menghasilkan selulosa berupa serat yang bersifat kenyal dan telah banyak dimanfaatkan sebagai produk pangan dan non-pangan. Indonesia merupakan penghasil kelapa nomer tiga di dunia. Kelapa umumnya diolah untuk keperluan rumah tangga untuk membuat aneka masakan atau sebagai bahan membuat minyak goreng. Industri pengolahan kelapa menghasilkan produk berupa sabut, tempurung, daging kelapa, dan air kelapa. Sabut kelapa telah banyak diolah menjadi kerajinan kesed, sapu, tali, dan lain-lain. Tempurung kelapa diolah menjadi breaket atau menjadi bahan bakar yang dimanfaatkan oleh rumah tangga. Sedangkan air kelapa masih banyak dianggap limbah dan dibuang begitu saja yang dapat mencemari lingkungan.
Di Indonesia cukup banyak produsen kopra atau industri pangan berbasis kelapa yang belum memanfaatkan limbah air kelapa menjadi produk yang bernilai ekonomis. Hal ini mungkin disebabkan industri-industri minuman kemasan nata de coco masih banyak terkonsentrasi di daerah Jawa dan Sumatera, sehingga selain daerah tersebut akses pemasaran masih terkendala.Oleh karena itu, penting sekali dukungan pemerintah dan investor untuk mengembangkan pabrik minuman kemasan dalam skala besar, sehingga akan merangsang pertumbuhan ekonomi kerakyatan di masing-masing daerah. Dan, akan lebih menguntungkan lagi jika proses pengolahan kelapa dilakukan secara terpadu.
Saat ini, produsen nata de coco pesaing kita adalah Filipina, Malaysia, Jepang, dan lain-lain. Jepang telah mampu memanfaatkan nata de coco untuk produk non-pangan seperti bahan elektronik, komposit baja ringan, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri nata de coco karena memiliki bahan baku kelapa yang cukup melimpah, industri nata de coco juga dapat dikerjakan dalam skala rumah tangga, jumlah SDM yang murah dan cukup melimpah. Sedangkan pasar luar negeri masih sangat luas, oleh karena itu ini menjadi tantangan yang menjanjikan untuk membuka peluang usaha yang akan memberi manfaat kepada ekonomi nasional secara keseluruhan. Mari memulai berwirausaha, semoga sukses akan menanti anda!

Unordered List

Sample Text

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Sample Text

Followers

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget